Permulaan Reformasi Protestan Martin Luther

    Maklumat selanjutnya: Sejarah ProtestanismeSejarah Lutheranisme, dan 95 Tesis

thumb|kiri|Tesis-tesis Luther diukir di pintu Gereja Semua Orang Kudus, Wittenberg. Inskripsi berbahasa Latin di atas menginformasikan bahawa pintu yang asli hancur kerana api, dan bahawa, pada 1857, Raja Friedrich Wilhelm IV dari Prusia memerintahkan agar penggantinya dibuat.

Pada 1516, Johann Tetzel, seorang frater Dominikan dan komisioner kepausan untuk indulgensi, diutus ke Jerman oleh Gereja Katolik Roma untuk menjual indulgensi guna mengumpulkan wang dalam rangka membangun kembali Basilika Santo Petrus di Roma.[23] Pengalaman Tetzel sebagai seorang pengkhotbah indulgensi, terutama antara tahun 1503 dan 1510, menyebabkan penunjukannya sebagai komisioner umum oleh Albrecht von Brandenburg, Uskup Agung Mainz, yang perlu memberikan kontribusi yang cukup besar guna pembangunan kembali Basilika St. Petrus di Roma kendati sangat berkewajiban untuk membayar kembali akumulasi manfaat yang besar yang telah beliau terima. Sang uskup mendapat izin dari Paus Leo X untuk mengadakan penjualan suatu indulgensi penuh (yakni penghapusan sepenuhnya hukuman temporal akibat dosa) yang khusus, separuh dari hasil yang didapat Albrecht diklaim untuk membayar biaya-biaya dari manfaat tersebut.

Pada 31 Oktober 1517, Luther menulis surat kepada uskupnya, Albrecht von Brandenburg, memprotes penjualan indulgensi. Beliau melampirkan dalam suratnya satu salinan Perdebatan Martin Luther tentang Kuasa dan Kefektifan Indulgensi karyanya, yang kemudian dikenal sebagai 95 Tesis. Hans Hillerbrand menuliskan bahawa Luther tidak berniat untuk menentang Gereja, namun memandang perdebatannya sebagai suatu keberatan keilmuan terhadap praktik-praktik Gereja, dan kerana itu nada penulisannya bersifat "mencari", bukan dogmatis.[24] Hillerbrand menuliskan bahawa meski demikian terdapat suatu implikasi tantangan dalam sejumlah tesisnya, terutama dalam Tesis 86, yang menanyakan: "Mengapa paus, yang kekayaannya saat ini lebih besar daripada kekayaan Crassus yang terkaya, membangun basilika St. Petrus dengan wang orang-orang percaya yang miskin dan bukan dengan uangnya sendiri?"[24]

Luther berkeberatan dengan satu pernyataan yang dikaitkan dengan Johann Tetzel bahawa "Begitu koin dalam peti wang berdenting, jiwa dari purgatorium (juga dinyatakan sebagai 'ke surga') keluar."[25] Beliau bersikeras bahawa, kerana pengampunan dianugerahkan dari Tuhan semata, mereka yang mengklaim kalau indulgensi membebaskan para pembeli dari semua hukuman dan menganugerahkan mereka keselamatan adalah keliru. Umat Kristen, menurutnya, tidak boleh kendur dalam mengikuti Kristus lantaran jaminan palsu semacam itu.

thumb|Penjualan indulgensi ditampilkan dalam Satu Pertanyaan kepada Seorang Penghasil Uang, cukil kayu karya Jörg Breu Tua dari Augsburg, Templat:C. 1530.

Bagaimanapun, ucapan Tetzel yang kerap disitir tersebut dipandang sama sekali tidak merepresentasikan ajaran Katolik kala itu mengenai indulgensi, namun merupakan satu cerminan kapasitas Tetzel yang membesar-besarkannya. Namun, kendati Tetzel melebih-lebihkan hal itu sehubungan dengan indulgensi bagi mereka yang telah meninggal dunia, ajarannya mengenai indulgensi bagi mereka yang masih hidup di dunia ini sejalan dengan dogma Katolik yang telah berlaku pada zamannya.[26]

Menurut satu laporan, Luther memakukan 95 Tesis karyanya di pintu Gereja Semua Orang Kudus di Wittenberg pada 31 Oktober 1517. Para akademisi seperti Walter Krämer, Götz Trenkler, Gerhard Ritter, dan Gerhard Prause berpendapat bahawa kisah pemublikasian di pintu itu hanya memiliki sedikit landasan kebenaran, meski telah menetap sebagai salah satu pilar sejarah.[27][28][29] Kisah itu didasarkan pada komentar yang dibuat Philipp Melanchthon, meskipun diperkirakan kalau beliau sendiri tidak berada di Wittenberg pada saat tersebut.[30]

Tesis berbahasa Latin tersebut dicetak di beberapa lokasi di Jerman pada 1517. Pada Januari 1518, teman-teman Luther menerjemahkan 95 Tesis dari bahasa Latin ke dalam bahasa Jerman.[31] Dikatakan bahawa salinan-salinan 95 Tesis telah menyebar ke seluruh Jerman dalam waktu dua minggu dan penyebarannya telah mencapai seluruh Eropa dalam waktu dua bulan.

Tulisan-tulisan Luther beredar luas, bahkan mencapai Prancis, Inggris, dan Italia pada 1519.Templat:Clarification needed Para mahasiswa dikabarkan memadati Wittenberg untuk mendengar Luther berbicara. Beliau memublikasikan suatu ulasan singkat tentang Surat Galatia dan Karya tentang Kitab Mazmur tulisannya. Bagian awal karier Luther ini merupakan salah satu periode yang paling kreatif dan produktif dalam masa hidupnya.[32] Tiga karyanya yang paling dikenal diterbitkan pada 1520: Kepada Bangsawan Kristen dari Negara Jerman, Tentang Pembuangan Gereja ke Babel, dan Tentang Kebebasan Seorang Kristen.

Pembenaran oleh iman saja

Rencana utama: Sola fide

thumb|lurus|"Luther di Erfurt", yang melukiskan Martin Luther menemukan doktrin sola fide. Lukisan karya Joseph Noel Paton, 1861.

Dari tahun 1510 sampai 1520, Luther menyajikan kuliah tentang Kitab Mazmur serta Surat Ibrani, Roma, dan Galatia. Ketika mempelajari bagian-bagian Alkitab tersebut, beliau mendapat pemahaman atas penggunaan istilah-istilah seperti silih dan kebenaran (righteousness) oleh Gereja Katolik dengan cara-cara yang baru. Beliau sampai pada keyakinan bahawa Gereja korup dalam jalannya dan telah hilang penglihatan atas apa yang beliau anggap sebagai beberapa kebenaran sentral Kekristenan. Yang terpenting bagi Luther adalah doktrin pembenaran – tindakan Tuhan menyatakan benar seorang berdosa – oleh iman saja melalui kasih karunia atau rahmat Tuhan. Beliau mulai mengajarkan bahawa keselamatan ataupun penebusan adalah suatu anugerah dari rahmat Tuhan, yang dapat dicapai melalui iman semata dalam Yesus sebagai Mesias.[33] "Batu karang yang satu dan kukuh ini, yang kita sebut doktrin pembenaran", tulisnya, "adalah pasal utama dari keseluruhan doktrin Kristen, yang mencakup pemahaman dari segala kesalehan."[34]

Luther sampai pada pemahaman bahawa pembenaran adalah karya Tuhan sepenuhnya. Ajaran Luther ini diekspresikan secara jelas dalam publikasinya tahun 1525, De Servo Arbitrio (Tentang Keterbelengguan Kehendak), yang ditulis sebagai tanggapan atas De libero arbitrio diatribe sive collatio (Tentang kehendak bebas: Diskursus atau Perbandingan) karya Desiderius Erasmus (1524). Luther mendasarkan posisinya pada doktrin predestinasi dalam Efesus 2:8–10 seturut pemahamannya. Menentang ajaran Katolik yang memandang tindakan-tindakan benar orang percaya dilakukan dalam kerja sama dengan Tuhan, Luther menuliskan bahawa umat Kristen menerima sepenuhnya kebenaran tersebut dari luar diri mereka. Menurutnya, kebenaran demikian bukan sekadar berasal dari Kristus tetapi sebenarnya adalah kebenaran Kristus, diperhitungkan kepada umat Kristen (bukan ditanamkan ke dalam diri mereka) melalui iman.[35]

"Itulah sebabnya mengapa iman semata menjadikan seseorang benar dan memenuhi hukum [Taurat]," tulisnya. "Iman adalah yang membawa Roh Kudus melalui jasa-jasa Kristus."[36] Bagi Luther, iman adalah suatu anugerah atau karunia dari Tuhan; pengalaman dibenarkan oleh iman adalah "seolah-olah aku telah dilahirkan kembali". Masuknya Beliau ke dalam Firdaus tidak lain adalah penemuan tentang "kebenaran Tuhan" – suatu penemuan bahawa "orang benar" yang dibicarakan dalam Alkitab (seperti dalam Roma 1:17) hidup oleh iman.[37] Beliau menjelaskan konsepnya tentang "pembenaran" dalam Pasal-Pasal Smalkald:

Pasal yang pertama dan utama adalah ini: Yesus Kristus, Tuhan dan Tuhan kita, mati untuk dosa-dosa kita dan dibangkitkan kembali untuk pembenaran kita (Roma 3:24–25). Beliau sendiri adalah Anak Domba Tuhan yang menghapus dosa-dosa dunia (Yohanes 1:29), dan Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita semua (Yesaya 53:6). Semua orang telah berdosa dan dibenarkan secara cuma-cuma, tanpa perbuatan-perbuatan dan jasa-jasa mereka sendiri, oleh kasih karunia-Nya, melalui penebusan yang terdapat dalam Kristus Yesus, dalam darah-Nya (Roma 3:23–25). Ini perlu diyakini. Ini tidak dapat diperoleh atau dicapai dengan perbuatan, hukum, atau jasa apa saja. Karenanya jelas dan pasti bahawa iman ini saja membenarkan kita ... Tidak ada sesuatupun dari pasal ini dapat dilepaskan atau ditaklukkan, sekalipun langit dan bumi jatuh (Markus 13:31).[38]

Penemuan kembali Luther atas "Kristus dan keselamatan-Nya" merupakan yang pertama dari dua poin yang menjadi landasan bagi Reformasi Protestan. Protesnya menentang penjualan indulgensi didasarkan pada hal tersebut.[39]

Perpecahan dengan kepausan

thumb|kiri|Bulla melawan kekeliruan Martin Luther (1521), umumnya dikenal dengan judul Exsurge Domine, yang dikeluarkan oleh Paus Leo X.

Albrecht, Uskup Agung Mainz dan Magdeburg, tidak membalas surat Luther yang berisikan 95 Tesis. Beliau mengadakan pemeriksaan tesis tersebut untuk melihat kemungkinan adanya penyesatan, dan, pada Desember 1517, meneruskannya ke Roma.[40] Beliau dikabarkan membutuhkan pendapatan dari indulgensi untuk memenuhi kewajibannya terkait suatu dispensasi kepausan atas jabatannya yang meliputi lebih dari satu keuskupan. Luther belakangan menulis, "paus juga terlibat, kerana separuhnya mengalir ke pembangunan Gereja St Petrus di Roma".[41]

Paus Leo X terbiasa menghadapi para reformis dan penganut bidah,[42] dan beliau menanggapi "dengan sangat hati-hati sebagaimana mestinya".[43] Selama tiga tahun berikutnya, beliau mengirim serangkaian representasi dan teolog kepausan dalam rangka menentang Luther, yang hanya semakin memperkeras teologi anti-paus yang dianut sang reformis. Utusan pertama, seorang teolog Dominikan yang bernama Silvestro Mazzolini, mengonsep satu kasus bidah terhadap Luther, yang kemudian dipanggil sang paus ke Roma. Friedrich III, Elektor Sachsen, meyakinkan sang paus supaya Luther diperiksa di Augsburg, tempat Sidang Imperial diadakan.[44]

Di sana, selama periode tiga hari pada Oktober 1518, Luther melakukan pembelaan diri ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan legatus kepausan, Kardinal Kayetanus. Hak paus untuk mempermaklumkan indulgensi merupakan pokok perdebatan antara kedua orang tersebut.[45][46] Keadaan dalam acara dengar pendapat tersebut berubah menjadi panas. Alih-alih sekadar menulis tesisnya, konfrontasi Luther dengan Gereja menjadikannya sebagai seorang musuh paus.[47] Instruksi awal yang diterima Kayetanus adalah menahan Luther apabila beliau tidak mahu menarik kembali ajarannya, tetapi sang legatus tidak melakukannya.[48] Luther menyelinap pergi meninggalkan kota pada malam hari, tanpa sepengetahuan Kayetanus.[49]

thumb|Pertemuan Martin Luther (kanan) dan Kardinal Kayetanus (kiri, memegang buku).

Pada Januari 1519, di Altenburg, Sachsen, Karl von Miltitz selaku nunsius kepausan mengadopsi suatu pendekatan yang lebih mendamaikan. Luther memberikan sejumlah konsesi kepada sang nunsius, yang adalah kerabat dari Elektor Friedrich III, dan berjanji untuk tetap diam jika para seterunya juga melakukannya.[50] Namun, seorang teolog bernama Johann Eck bertekad untuk mengekspos doktrin Luther dalam suatu forum publik. Pada Juni dan Juli 1519, beliau mengadakan suatu acara debat di Leipzig dengan kolega Luther, Andreas Karlstadt, dan mengundang Luther untuk berbicara.[51]

Penegasan Luther yang paling berani dalam perdebatan tersebut adalah bahawa Matius 16:18 tidak memberi hak kepada paus untuk secara eksklusif menafsirkan kitab suci, dan karenanya tidak ada paus ataupun konsili Gereja yang tidak dapat salah.[52] Akibatnya, Eck memberi Luther stigma seorang Jan Hus baru, mengacu pada penganut bidah dan reformis Ceko yang dihukum bakar pada 1415. Sejak saat itu, beliau mengabdikan diri untuk mengalahkan Luther.[53]

Ekskomunikasi

Pada 15 Juni 1520, Paus Leo X memperingatkan Luther dengan bulla kepausan Exsurge Domine bahawa beliau akan dikenakan sanksi ekskomunikasi apabila tidak menarik kembali 41 kalimat dari tulisan-tulisannya, termasuk 95 Tesis, dalam waktu 60 hari. Pada musim gugur tahun itu, Johann Eck mempermaklumkan bulla tersebut di Meissen dan kota-kota lainnya. Karl von Miltitz, seorang nunsius kepausan, berupaya menengahi dengan suatu solusi, tetapi Luther, yang telah mengirimkan salinan Tentang Kebebasan Seorang Kristen kepada sang paus pada bulan Oktober, membakar dekretal-dekretal dan bulla tersebut di hadapan publik di Wittenberg pada 10 Desember 1520,[54] suatu tindakan yang beliau bela dalam tulisan-tulisannya, Mengapa Paus dan Buku Terbarunya Dibakar dan Penegasan-Penegasan tentang Semua Pasal. Sebagai konsekuensinya, Luther diekskomunikasi oleh Paus Leo X pada 3 Januari 1521, melalui bulla Decet Romanum Pontificem.[55]

Rujukan

WikiPedia: Martin Luther http://christianity.about.com/od/lutherandenominat... http://www.artdaily.com/index.asp?int_new=26979&in... http://www.exclassics.com/foxe/foxe147.htm http://www.hymntime.com/tch/htm/f/l/u/flungtot.htm http://www.signaturetoursinternational.com/gp-3.ph... http://www.buergerstiftung-halle.de/bildung-im-vor... http://dispatch.opac.d-nb.de/DB=1.1/LNG=EN/CMD?ACT... http://www.luther.de/en/index.html http://digital.slub-dresden.de/id328043192 http://www.studia-instrumentorum.de/MUSEUM/zistern...